Indonesia Fish and Sea food expo 2008

5, November 2008
Jakarta- Indonesia Fish and Sea food expo, Indonesia Onamental Fish and Jakarta Sea Food Expo 2008 merupakan one stop fisheries and sea food product 2008 tidak salah lagi jika segala produk/makanan yang berbahan baku terbuat dari hasil-hasil laut di tampilkan disini.

Mulai dari jenis ikan hias yang indah sampai dengan makan yang dianggap ekstrim jika di konsumsi namun kasiatnnya luar biasa untuk kesehatan manusia. Pameran yang digelar di Jakarta Convesion Center (JCC) berlangsung selama tiga hari itu (30 Okt-1 Sep)mengundang perhatian public yang gemar mengoleksi dan mengkonsumsi hasil-hasil laut, tidak hanya itu pengusaha kelas atas maupun kelas bawah ikut dan datang menyaksikan pertunjukan akbar itu.

Seluruh provinsi melalui Dinas Kelautan dan Perikanannya memamerkan potensi daerah dan komoditas unggulan yang siap di investasikan. Contohnnya Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua hannya memamerkan beberapa jenis bahan kering komoditas unggulannya seperti rumput laut, Ikan asar, Ikan asin, gelembung ikan, kerang dan teripang. Selain itu Provinsi Papua juga menampilkan data potensi dan peluang investasi yang cukup menjanjikan jika di kelolah. Penanggung jawab stand Dinas Perikanan Provinsi Papua Ir. Sihar Simatupang mengatakan provinsi Papua hanya menampilkan Data potensi dan peluang investasi dan beberapa produk olahan unggulan.
Jika selama ini dimata masyarakat Indonesia Papua merupakan daerah yang rawan konflik semua ditepisnnya dengan tawaran investasi yang nyaman. Masyarakat Papua mengolah hasil-hasil lautnnya masih dengan cara tradisional.“kami hanya tampilkan data dan potensi, namun siapapun yang ingin berinvestasi di sana kami siap membantu dan “menfasilitasi” “.ajaknnya.
Selain Provinsi Papua, Provinsi Nanggro Aceh Darussalam memamerkan ukiran-ukiran yang terbuat dari keong dan kerang mutiara. Provinsi Sulawesi Tenggara memamerkan beberapa jenis ikan hias yang langka diambil dari taman laut nasional Hoga (Wakatobi), Kalimantan Barat menampilkan Ikan arowana yang hargannya mencapai puluhan juta rupiah. Kalimantan Timur menyajikan bakso rumput laut.. NTT menampilkan berbagai jenis mutiara bahkan Bianaan Dirjen P2HP menempilkan seluruh produk kerupuk yang terbuat dari ikan. (wan)

Teluk Lampung Tercemar Berat Bahan Organik dan Nutrien

5, November 2008

Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung memastikan berbagai aktivitas yang diikuti pembuangan limbah langsung ke Teluk Lampung sudah mencemari perairan tersebut. Teluk Lampung diketahui mengandung bahan organik dan unsur-unsur nitrogen yang tinggi sehingga berbahaya bagi ikan dan udang.

Kepala BBPBL Lampung, M Murdjani, Kamis (23/10) pada Seminar Seminar Tripartit yang dihadiri pelaku usaha perikanan udang dan kerapu, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kabupaten Pesawaran mengatakan, kegiatan-kegiatan yang sangat berpengaruh terhadap kualitas air di perairan Teluk Lampung adalah kegiatan industri, rumah tangga, pertanian, dan pertambakan. Berbagai kegiatan itu memberi kontribusi masuknya limbah yang cukup tinggi serta terus menerus ke Teluk Lampung.

Untuk mengetahui kualitas air Teluk Lampung, petugas BBPBL Lampung mengambil contoh air di enam titik yang tersebar di Teluk Lampung dan menelitinya mulai JanuariAgustus 2008. Enam titik itu di Tanjung Putus, Puhawang, Ringgung, Teluk Hurun, Tarahan, dan Kalianda.

Di enam titik tersebut, selain aktivitas rumah tangga dan industri, aktivitas yang paling banyak adalah aktivitas pertambakan udang intensif dan keramba jaring apung (KJA) dengan budidaya utama kerapu.

Contoh air dari enam titik di Teluk Lampung diuji di laboratorium untuk mengukur kandungan nutrien, kandungan total bahan organik (TOM), dan mengindentifikasi plankton. Hasil pengukuran dan pengujian menunjukkan kualitas oksig en terlarut (DO), suhu, pH, serta kadar garam atau salinitas di enam lokasi itu relatif stabil.

Namun untuk pengukuran TOM antara satu lokasi dengan lokasi lain fluktuatif. Konsentrasi tertinggi ada di Teluk Hurun dengan kandungan di atas 60 ppm. Lokasi kedua yang mengandung konsentrasi TOM tinggi ada di Tanjung Putus sekitar 48 ppm sementara di Tarahan sekitar 40 ppm.

Untuk kandungan nutrien, konsentrasi nutrien di Teluk Hurun dan Tanjung Putus cenderung lebih tinggi dibanding empat lokasi lain. BBPBL Lampung memastikan dilihat dari banyaknya kegiatan budidaya perikanan baik KJA maupun tambak udang intensif di sepanjang pesisir Teluk Lampung khususnya di lokasi itu memberi kontribusi peningkatan masuknya limbah organik ke perairan.

Tambak udang memberi kontribusi peningkatan kandungan nutrien dari pembuangan limbah tambak yang tidak melalui pengolahan atau perlakuan, sehingga limbah tambak yang mengandung sisa-sisa makanan langsung terbuang ke laut. Hal demikian juga berlaku bagi KJA.

Tingginya kandungan unsur nutrien ini berbahaya karena dapat mempengaruhi tingkat kesuburan perairan dan memicu peningkatan plankton. “Apabila yang meningkat adalah beberapa spesies dari plankton yang beracun atau dari kelompok dinoflagellata, maka akan berbahaya bagi manusia,” ujar Murdjani.

Menurut Murdjani, manusia bisa keracunan karena plankton-plankton tersebut terakumulasi dalam ikan atau udang. Penderita bisa mengalami gangguan syaraf, pusing, sakit perut/diare, serta kejang-kejang.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lampung, Untung Sugiyatno mengatakan, tingginya tingkat pencemaran dapat berbahaya bagi budidaya perikanan udang dan KJA. “Sudah saatnya pemilik usaha perikanan mawas diri,” ujarnya.

Tambak-tambak yang tidak dilengkapi dengan unit pengolahan limbah (UPL) sebaiknya segera melengkapi diri dengan UPL. Sementara KJA disarankan untuk tidak asal membuang sisa-sisa pakan ke dalam perairan.